Mimpiku, seolah tak pernah mati mimpi mimpi yang dulu pernah kutiupkan kedalam batinku. belum sempat aku terbangun dari tidurku, mimpi lain muncul. merasuk begitu saja dalam pikiranku. seperti debu diterbangkan angin yang tak pernah berhenti bergerak menerbangkan asa, jauh kedalam angan angan lalu limbung diterpa badai hidup yang menerjang. Kemudian mimpi itu jatuh di permukaan samudera, tenggelam hingga palung hati terdalam. Nyaris tanpa bekas!
Kini mimpi itu muncul kembali. Bukan dalam bentuk debu yang dulu telah lenyap di samudera. Mimpi itu kembali hidup, kali ini dalam bentuk yang berbeda. Menggumpal menjadi sekeping keyakinan yang ingin mencapai kepingan mimpi yang lain. Kemudian bersama kepingan kepingan itu, keyakinanku akan membentuk kesejahteraan bernama sukses.
Bangunlah! Kini mimpi-mimpi itu ada didepan untuk kukejar. Semakin ku beranjak dari tempatku ini, semakin dekat aku ke mimpi itu. Aku menemukan bongkahan lain dari keyakinanku pada jejak mimpi itu. Semakin banyak kumpulan keyakinan yang kudapat, semakin dekat aku dengan mimpi itu. Ternyata tidak mudah untuk menelusuri jejak mimpiku. Di depanku kini terdapat sebuah labirin kehidupan yang bisa saja menyesatkanku menjauhi mimpi itu. Kepingan keyakinan yang ku kumpulkan membisikkan sesuatu dalam hidpuku. “Masuklah dalam labirin itu, temukan jalan untuk mencapai mimpimu”
Baru saja aku masuki labirin itu, aku dikejutkan oleh gelapnya kehidupan. Tanpa pencahayaan dan tanpa penuntun, tapi aku masih memiliki keyakinan yang setia menemaniku berjalan perlahan sambil meraba raba masa depan. Belum seberapa jauh aku melangkah aku melihat sepercik cahaya di ujung jalan yang gelap ini. Ternyata segerombolan kunang kunang. Aku mengikutinya kemana ia terbang. Aku tak mau limbung ditengah gelap yang memayungi kehidupan. Ternyata gerombolan hewan itu membawaku masuk jauh lebih dalam pada gelap yang makin mencekam. Kelompok kunang kunang itu tiba tiba lenyap entah kemana meninggalkanku sendiri dalam pekatnya gelap.
Aku beranjak coba mencari arahku. Setidaknya keyakinan masih bersamaku. Aku tak bisa melihat apapun, hanya meraba raba apa yang menjadi masa depanku. Karena dibutakan gelap, aku tak melihat adanya jurang yang menyebabkan perbedaan hidup. Aku terjatuh dengan keras hingga kehilangan kesadaran. Setelah terbangun, aku mendapati sebatang lilin yang menyala redup. Kujadikannya lilin itu sebagai pelita yang akan menerangi jalanku pada labirin kehidupan ini.
Tak terasa lilin penerangku hampir habis. Aku masih kelimpungan dalam jurang yang memisahkanku dengan mimpiku. Dan akhirnya pelitaku redup. Sekali lagi aku masih menggenggam keyakinanku erat.Ternyata masih ada jalan. Setitik sinar harapan kini ada di depanku. Semoga cahaya itu bisa membimbingku pada sang mimpi. Aku sudah lelah menghadapi batu karang yang menghalangi sampanku mencapai mimpi. Inikah jalan yang akan kutempuh sekarang untuk mencapi mimpiku? Dengan memantapkan hati dan keyakinan yang kegenggam ini aku putuskan untuk menuju cahaya harapan itu. Semoga mimpiku ada dan bersemayam disana. Mungkinkah..??